Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Mungkin kita sering mendengar ungkapan tersebut. Memang benar, uang adalah salah satu faktor terpenuhinya kebutuhan hidup. Wajar jika semua orang mengejar uang. Sayangnya, uang itu sulit didapat, tapi begitu mudah dibelanjakan. Apalagi di tangan perempuan.
Ya, bagi perempuan, belanja adalah
kegiatan yang paling ditunggu-tunggu. Rasanya senang dan puas bisa
mendapatkan barang-barang yang diinginkan, meski sejumlah uang melayang.
Tak terkecuali Muslimah, tentu juga memiliki waktu khusus untuk
belanja.
Apalagi yang sudah berstatus sebagai
istri, tak lepas dari belanja kebutuhan hidup. Namun, tentu saja,
pos-pos belanja Muslimah berbeda dengan belanja perempuan sekuler pada
umumnya. Ambil contoh belanja fashion. Bagi perempuan sekuler, wajib
hukumnya menyisihkan uang belanja untuk kebutuhan kosmetik, ke salon
atau spa, perawatan wajah dan rambut, menicure dan pedicure, serta jenis
perawatan tubuh lainnya. Bagi Muslimah, pos belanja ini bukanlah
prioritas.
Bukan berarti Muslimah anti perawatan
tubuh, tapi semua bisa dilakukan di rumah dengan biaya murah meriah.
Apalagi, lebih terjamin keamanannya mengingat saat ini banyak beredar
produk kosmetik atau perlakuan kecantikan yang berbahaya.
Lalu belanja fashion, perempuan sekuler
akan sangat mengedepankan pakaian teranyar, paling up date dan bermerek.
Harga tak menjadi pertimbangan, karena yang terpenting gengsi. Makin
minim bahan, biasanya harga makin mahal.
Bagi Muslimah, tentu fashion jilbab dan
kerudung syarí saja yang dibeli. Itupun tak perlu setiap bulan, karena
jilbab akan tetap up to date hingga hari kiamat. Namun, jika sudah
usang, sebaiknya diganti sebagai wujud rasa syukur sekaligus menghargai
diri sendiri. Bukankah Allah SWT menyukai keindahan dan keserasian?
Muslimah perlu juga tampil apik dan serasi, yang penting syar’í.
Selanjutnya uang refreshing, bagi
perempuan sekuler juga sebuah kebutuhan. Mereka biasa menyegarkan
pikiran dengan pergi ke tempat wisata, karaoke, bioskop, diskotek atau
klub malam. Jalan-jalan, makan enak dan bersenang-senang butuh anggaran
yang tak murah.
Bagi Muslimah, pos ini sungguh tidak
penting. Jalan-jalan bersama keluarga memang perlu sesekali, tapi tak
harus ke tempat wisata mewah yang menghabiskan rupiah. Bisa dipilih ke
tempat wisata alam yang tidak menghabiskan uang dan jauh dari
kemaksiatan.
Sebaliknya, pos belanja Muslimah yang
menjadi prioritas misalnya sedekah. Atas izin suami, semestinya istri
pun menjadikan sedekah sebagai bagian dari pos pengeluaran yang wajib
dianggarkan rutin. Termasuk anggaran biaya untuk mendukung aktivitas
dakwah. Muslimah juga memiliki pos pengeluaran khusus untuk mendukung
proses penyadaran umat menuju kehidupan islami ini.
Selanjutnya belanja rutin, seperti
membayar tagihan listrik, air atau pulsa telepon, pastinya tidak bisa
dilewatkan. Demikian pula yang paling banyak menyedot anggaran, yakni
kebutuhan pokok seperti sembako, bumbu dan makanan untuk kebutuhan
keluarga. Muslimah paham betul wajibnya memenuhi hajatun udhowiyah
berupa kebutuhan makan dan minum yang halal dan bergizi, sehingga tidak
kikir menyediakannya demi kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
Tak lupa kebutuhan anak, meliputi biaya
sekolah, piranti sekolah, cemilan atau bahkan mainan untuk mengasah
imajinasi dan kecerdasannya. Ini juga harus dikeluarkan dengan cermat
tanpa buang-buang uang. Nah, kunci dari keseimbangan dalam berbelanja
adalah rasa syukur. Insya Allah, seberapapun uang belanja asal syukur
akan merasa cukup dan dicukupkan oleh Allah SWT. Wallahuálam.