Catatan Bidang Sosial dan Budaya
Aborsi, HIV/AIDS dan Seks Bebas
Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) Jawa Tengah dokter Hartono Hadisaputro SpOG menyatakan
di Indonesia diperkirakan terdapat 2,5 juta kasus aborsi setiap
tahunnya. Itu artinya diperkirakan ada 6.944 s/d 7.000 wanita melakukan
praktik aborsi dalam setiap harinya.
Praktek aborsi semakin meningkat
beriringan dengan prilaku seks bebas yang juga semakin menjadi – jadi,
dimana prilaku seks bebas dipicu oleh budaya hedonisme-liberal. Semakin
menjadi aneh ketika baru baru ini pada tanggal Tanggal 1-7 Desember
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) bersama DKT Indonesia dan
Kementerian Kesehatan disebutkan dalam Pekan Kondom Nasional (PKN) akan
membagikan kondom secara gratis pada acara tersebut yang justru
memfasilitasi prilaku seks bebas sebagai biang dari praktek aborsi dan
tersebarnya virus HIV/AIDS.
Kriminalitas, Tawuran, dan Kekerasan di
kalangan remaja Geliat dunia remaja yang berjumlah 63,4 juta atau
sekitar 26,7 persen dari total penduduk Indonesia kian banyak menyita
perhatian media. Sayangnya, kabar dari dunia remaja yang mengisi
headlinemedia massa justeru didominasi oleh berita miring dan negatif.
Kasus kenakalan remaja—yang mengarah pada kriminalitas remaja—dengan
berbagai bentuknya tak henti-hentinya menjadi trending topik, baik di
dunia nyata maupun di dunia maya. Sudah separah itukah kondisi remaja
saat ini? Beberapa waktu terakhir, terjadi beberapa pembunuhan yang
dilakukan kalangan remaja di Kabupaten Sleman, DIY.
Terakhir, pembunuhan siswi Sekolah
Menengah Pertama (SMP) yang dilakukan tiga remaja di bawah umur di Desa
Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Mereka adalah siswa SMP
dan SMA. Sebelumnya, pada April lalu terungkap kasus pemerkosaan dan
pembakaran siswi SMK YPPK Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman, yang dilakukan tujuh orang. Empat di antaranya masih tergolong
di bawah umur. Fakta kekerasan dan tindak asusila bahkan terjadi di
perguruan tinggi, seperti yang ramai diberitakan di media media nasional
telah terjadi tindakan kekerasan dan asusila dalam kegiatan OSPEK yang
dilakukan oleh mahasiswa senior jurusan planologi ITN kepada para
juniornya dan parahnya pihak rektorat ITN memang mengetahui pelaksanaan
kegiatan tersebut namun terkesan angkuh tak mau dianggap bersalah
sekalipun kegiatan OSPEK yang berujung pada meninggalnya mahasiswa
junior bernama fikri.
Sepanjang tahun 2013 tercatat Sebanyak
19 pelajar tewas sia-sia dalam tawuran antar pelajar di Indonesia.
Belasan pelajar itu menjadi korban dari 229 kasus tawuran yang terjadi
sepanjang Januari hingga Oktober 2013. Jumlah ini hanya yang diketahui
dan belum ditambah dengan jumlah pelajar yang terluka dan dirawat di
rumah sakit akibat kekerasan antar sesama pelajar. Demikian data yang
dihimpun Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA). Ketua Komnas PA,
Arist Merdeka Sirait menyatakan, kasus tawuran yang terjadi sepanjang
2013 meningkat secara drastis dari tahun sebelumnya yang hanya sekitar
128 kasus tawuran. Hal ini menurutnya merupakan indikasi yang
membuktikan gagalnya sistem perlindungan terhadap anak di Indonesia.
“Banyak pembiaran-pembiaran yang dilakukan oleh negara kita, sehingga
anak-anak terus menerus menjadi korban maupun pelaku,” kata Arist dalam
konferensi pers di Kantor Komnas PA, Jalan TB Simatupang, Pasar Rebo,
Jakarta Timur, Rabu (Suara Pembaruan.com – 20/11).
Catatan Bidang Pertahanan dan Keamanan
Konflik Horizontal akibat Perampasan Hak Rakyat, Negara Pemicu Disintegrasi
Perkumpulan untuk Pembaruan Hukum
Berbasis Masyarakat dan Ekologis (Huma) menyebutkan dalam tiga tahun
terakhir terdapat 91.968 orang dari 315 komunitas adat di Indonesia
menjadi korban dalam konflik sumberdaya alam dan pertanahan. “Konflik
berlangsung di 98 kota/kabupaten di 22 provinsi dengan jumlah konflik
mencapai 232 kasus,” kata Direktur Huma, Andiko Sutan Mancayo, dalam
peluncuran sekolah rakyat dan pendampingan hukum di kampus Universitas
Bengkulu, Senin (28/10/2013), seperti dilansir kompas.com. Andiko
melanjutkan, Huma juga melaporkan konflik sektor perkebunan merupakan
konflik terbanyak, disusul kehutanan dan pertambangan. Konflik
perkebunan terjadi 119 kasus dengan luasan 415 ribu hektare, sementara
konflik kehutanan terjadi 72 kasus dengan hampir 1.3 juta hektare di 17
provinsi dan konflik pertambangan 17 kasus dengan luasan mencapai 30.000
hektare.
Sering terjadinya tindak kekerasan
selama kasus berjalan dan negara justru menjadi pelanggar terbesar
dengan keterlibatan mencapai 45 persen, instansi bisnis 36 persen dan
individu berpengaruh sebanyak 10 persen. Terdapat tujuh provinsi
terbanyak mengalami konflik yakni Aceh, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan
Selatan artinya bahwa ketidakbecusan dan kesewenang-wenangan pemerintah
yang berkomplot dengan pihak swasta teruatama pihak asing untuk merampas
Sumber Daya Alam (SDA) dan lahan yang sejatinya milik rakyat menjadi
pemicu terjadinya konflik horizontal dan pada tataran ekstrem rakyat
yang terpinggirkan dari daerahnya akan memicu disintegrasi yang didesign
dan didukung oleh pihak asing karena tentu negara negara kapital asing
takkan mau melepas Sumber Daya Alam Indonesia.
Penyadapan Pemerintah AS dan Australia,
Pemerintah Indonesia Mandul dan Tak Punya Kemaluan Setelah sebelumnya
Sydney Morning Herald, sebuah harian di Australia, pada 29 Oktober 2013
lalu melansir berita berjudul “US spying on our neighbours through
embassies”. Diberitakan, Amerika Serikat menyadap telepon dan memonitor
jaringan komunikasi dari fasilitas pengawasan elektronik di Kedubes AS
dan konsulat di seluruh Asia timur dan tenggara, ternyata presiden SBY
telah lama pula menjadi target penyadapan Badan Intelijen Australia
(DSD). Bukan hanya SBY, tapi juga Ibu Negara Ani Yudhoyono, Wapres,
Menko Perekonomian, Dubes RI untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal,
mantan Menkeu RI yang kini menjabat Direktur Bank Dunia Sri Mulyani
Indrawati, dan mantan Menpora Andi Mallarangeng turut disadap.
Penyadapan itu dilakukan terhadap ponsel Nokia E-90-1 yang digunakan
Presiden SBY dan Ani Yudhoyono, serta BlackBerry Bold 9000 yang dipakai
Wakil Presiden Boediono. Berbagai pembicaraan para pejabat Indonesia
termasuk Presiden SBY termasuk yang selama ini disadap Sebagaimana
diungkap harian Inggris The Guardian dan harian Australia The Sydney
Morning Herald (18/11).
Penyadapan seperti itu jelas sebuah
pengkhianatan dan tindakan yang tidak dapat diterima. Apalagi Australia
sebelumnya juga telah terlibat dalam invasi terhadap Afghanistan dan
Irak yang dilakukan oleh AS dan sekutunya. Sementara atas tindakan itu,
pemerintah Australia melalui PM Tony Abbot menolak untuk mengakui
kesalahan dan meminta maaf. Namun sayangnya pemerintah Indonesia tak
mampu bersikap tegas menempatkan AS dan Australia sebagai musuh. Dakwah KAMPUS