Selasa, 28 Oktober 2014

Sekulerisme Lahirkan Perempuan Jahat


Mabes Polri menangkap Deden Martakusumah, pengelola situs pornografi online di Bandung. Dari 14 ribu video syur dagangannya, ada yang diperankan anak-anak dan pelajar (Tempo.co.id, 24/2/14). Lalu dari luar negeri diberitakan, Satinah, TKI asal Semarang terancam hukuman mati karena dituduh membunuh. Pemerintah dan donatur sampai harus menyiapkan diyat Rp12 milyar dari permintaan Rp 21 milyar (detik.com, 28/2/14).
Sungguh, kisah-kisah tragis di atas bukan kali ini saja terjadi. Terus berulang. Saking “biasanya”, masyarakat pada akhirnya kehilangan sensitivitas terhadap kondisi seperti itu. Ibu buang bayi dianggap biasa, sehingga tak lagi menghebohkan dunia. Anak (perempuan) beradegan mesum juga banyak, tak lagi menjadi isu nasional. Kasus TKI apalagi, tak lagi menjadi perhatian publik. Seolah semua itu hanya angin lalu, hilang bersama waktu tanpa ada perbaikan di masa selanjutnya. Bulan depan atau tahun depan, akan ada lagi episode-episode seperti di atas, bahkan dalam kasus yang lebih mengenaskan. Sampai kapan kondisi ini akan terus dibiarkan? Apakah tidak ada mekanisme untuk memperbaiki keadaan?
Perempuan
Perempuan mana yang tidak trenyuh membaca berita-berita di atas. Namun, di sisi lain, kejadian tersebut juga atas peran serta perempuan sebagai pelaku aktif tindak kejahatan.
Lalu mengapa perempuan saat ini menjadi begitu kejam, beringas dan bahkan cenderung amoral?
Fakta nelangsa di atas semakin menegaskan realita, betapa anak-anak dan perempuan menjadi korban kebiadaban sistem kapitalisme sekuler yang diterapkan di dunia ini. Ya, sistem inilah yang bertanggung jawab atas pergeseran karakter perempuan dari sosok yang berakhlak mulia, lemah lembut dan penuh kasih sayang menjadi sosok bak monster. Sistem ini telah melahirkan perempuan berotak jahat dan ratu tega. Bahkan terhadap darah dagingnya sendiri.
Mengapa? Karena sistem ini telah mengubur dalam-dalam nilai-nilai ketuhanan sehingga membuat manusia tidak lagi takut pada Sang Pencipta. Secara individu, banyak perempuan yang tidak terbina dengan nilai-nilai agama dengan sempurna karena otaknya telah dijajah nilai-nilai sekuler yang bertentangan dengan agama itu sendiri. Mereka semakin jauh dari halal-haram, pahala dan dosa.
Perempuan lebih menuhankan materi dan kesenangan duniawi, dibanding sibuk menghambakan diri pada ilahi. Perempuan alpa mengkaji hal-hal syar’i, tapi sibuk mencari eksistensi diri. Akibatnya, hampir tidak ada rasa malu lagi meski berbuat keji.
Sementara secara sistem, negara tidak memiliki mekanisme penjagaan akidah umatnya. Bahkan membiarkan warga negaranya dijajah pemikiran merusak dari sistem kapitalisme seperti: keseteraan dan keadilan gender, gaya hidup hedonis, permisif, free sex, dll. Akibat dijajah pemikiran sekuler, perempuan pun lebih tunduk pada ego pribadinya, sehingga berbuat maksiat pun tidak takut dilaknat.
Negara juga tidak memiliki perangkat hukum yang membuat jera pelaku tindak kejahatan, termasuk penjahat perempuan. Mereka hanya di penjara, dibina dengan bekal ketrampilan seadanya, lalu dibebaskan begitu saja.
Sejarah Kelam
Bila kita menengok sejarah Khilafah Islamiyah yang agung dalam naungan negara Islam, hampir tidak terkabarkan kisah perempuan-perempuan kejam yang tega berbuat di luar batas-batas kemanusiaan. Salah satu kisah mahsyur ada di zaman Rasulullah SAW, tentang seorang perempuan bermaksiat hingga melakukan dosa besar yakni berzina, namun segera bertobat dan meminta hukuman rajam. Hukuman itu pun dijatuhkan setelah Al-Ghomidiyah melahirkan anak, menyusui dan menyapihnya.
Taubat yang menghapuskan dosa zina dan surga balasannya.
Sungguh, sosok Muslimah yang benar-benar takut laknat Allah SWT hingga rela berpisah dengan anak kandungnya demi menebus dosa.
Ini berbeda dengan sejarah kelam penerapan sistem di luar Islam, yakni sistem sekuler, baik kerajaan, republik maupun sejenisnya. Tercatat dalam sejarah, jejak perempuan-perempuan jahat yang bertanggung jawab atas berbagai tindakan keji.
Dalam rilis 10 perempuan paling kejam di dunia misalnya, tersebutlah perempuan-perempuan haus darah. Seperti Queen Mary I, anak tunggal dari Raja Henry VIII and Catherine of Aragon. Ia dijuluki “Bloody Mary” alias Mary Berdarah karena bertanggung jawab atas hukuman gantung orang-orang Protestan. Sebanyak 800 protestan meninggalkan Inggris karena takut digantung.
Ada pula sosok Myra Hindley dan Ian Brady, bertanggung jawab pada “pembunuhan Moors” di kawasan Manchester, Britain pada pertengahan 1960-an. Keduanya bertanggung jawab atas penculikan, pelecehan seksual, penyiksaan dan pembunuhan terhadap tiga anak-anak di bawah usia 12 tahun dan 2 remaja 16 dan 17 tahun.
Lalu Beverly Allitt, lahir 1968, adalah salah satu pembunuh paling terkenal di Inggris. Bekerja sebagai juru rawat pediatrik, ia bertanggung jawab atas tewasnya 4 anak-anak dan luka serius 5 lainnya. Caranya, dengan menyuntikkan insulin atau kalium untuk menghentikan detak jantung dan menyesakkan nafas para korban.
Ada lagi Gunness Belle, hidup 1859-1931. Salah satu pembunuh wanita paling produktif keturunan Norwegia. Ia membunuh suami dan semua anak-anaknya pada masa yang berlainan, teman lelaki dan dua orang anak perempuan, Myrtle dan Lucy. Masih banyak contoh lainnya yang menjadi cermin betapa buruknya perilaku perempuan yang tidak tersentuh akidah Islam.
Memang, peluang untuk berbuat jahat selalu ada di setiap masa, baik pelakunya Muslim maupun non Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Namun, terciptanya individu yang bertakwa, terjaganya akidah oleh negara dan terwujudnya sistem kehidupan yang menjunjung tinggi akhlak, moral dan kebajikan, semestinya mampu mengeram tindak kejahatan.
Islam memiliki mekanisme untuk mencegah lahirnya perempuan-perempuan (juga laki-laki) untuk menjadi sosok kejam seperti itu. Karena itu, sudah seharusnya sistem sekuler yang hanya melahirkan kejahatan ini diganti dengan sistem Islam.
Khususnya sosok perempuan, mengembalikan khittah mereka pada karakter alaminya yang mulia, yang memiliki naluri kemanusiaan halus dan menjunjung moral. Perempuan yang senantiasa takut pada Sang Pencipta sehingga berusaha lurus dalam segala amalnya.

Bidadari Sorga

Betapa Allah Maha Pengasih dengan segala nikmat dan keindahan yang Dia ciptakan. Allah muliakan sosok yang saat ini justru banyak dihinakan dan direndahkan. Dialah sosok wanita. Betapa Allah memuliakan wanita, karena Allah jua yang menjadikan dia sebaik-baik pemberian di dunia. Syaratnya hanya satu, ia jadi sosok wanita sholihah.
“Tidak ada pemberian yang lebih baik kepada seseorang setelah pemberian Iman kecuali wanita yang sholehah.” (HR. At-Tirmidzi)
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah bersabda:  
“Harta yg paling baik ialah lisan yg berdzikir, hati yg bersyukur, dan seorang istri yg beriman yang membantu memperkuat keimanan suaminya.” (HR. at-Tirmidzi)
Bersyukurlah bagi para suami yang memiliki istri yang sholihah, yang tidak hanya menyenangkan saat dipandang tapi juga mengantarkan suami dan keluarga pada kemuliaan. Bersyukurlah pula para wanita yngg sudah menjadi pendamping suami terbaik. Semoga Anda menjadi bagian dari yang Allah muliakan.
Hadiah bagi Anda para wanita shalihah tidak lain adalah keindahan Sorga yang didambakan. Rasulullah Saw bersabda:
“Apabila wanita itu telah melakukan Solat 5 waktu, PUASA pada bulannya, TAAT pada suaminya, menjaga kemaluannya, akan dikatakan kepadanya; masuklah kamu ke dalam SYURGA dari pintu yang kamu sukai.” (HR. Ibn Majah)
Bagi para istri jadilah bidadari sorga untuk suami Anda. Jadikanlah keberadaan Anda tak hanya sebagai pendamping hidup, tapi penawar di kala duka, pelipur di kala lara. Penenang hati saat gundah, penenang jiwa di kala susah. Penguat di kala lemah, pendukung di kala berjalan. Sehingga kemuliaan kan Allah berikan kepada Anda.
Bagi para suami, jadilah suami yang shalih. Binalah istri Anda menjadi istri yang sholihal. Bersyukurlah bila istri Anda begitu sholihah sehingga Anda juga bisa belajar padanya. Muliakanlah dan bahagiakanlah ia. Lindungilah hak-haknya dan penuhilah cinta dan rindunya.
Bagi yang belum mendapat pasangan, bersabarlah, kan ada waktu ketika itu tiba. Pantaskan diri agar mendapat bidadari sorga di dunia. Pantaskan diri agar bisa menjadi bidadari sorga di dunia. Insya Allah, jalan kemudahan itu akan ada. Pada saatnya nanti, kita bisa berujar, inilah “Bidadari Sorgaku” atau akulah “Bidadari Sorgamu.” Semoga.
Semoga saja keindahan bersama bersama istri tercinta dan keluarga menjadikan jalan kebaikan dan pengantar menuju surgaNya. Istriku, engkau adalah “Bidadari Sorgaku…” semoga.
Salam Perubahan

Jilb**bs : Istilah Menyimpang dan Menodai Islam

Belakangan ini lagi rame dibahas di berbagai sosmed (Social Media) tentang istilah JILB**BS. Bahkan di facebook, ada fanpage jilb**bs dengan belasan ribu orang yang ngasih tanda ‘like’. Ada yang pro, tapi banyak juga yang kontra. Jilb**bs berasal dari perpaduan antara kata jilbab dan b**bs (baca: dada wanita). Istilah ini diterapkan bagi perempuan-perempuan berkerudung tapi masih pake baju yang ketat plus majang aurat. Gak tanggung-tanggung, dandanan orang yang dicap jilb**bs itu hampir mempertontonkan semua aurat perempuan. Bagian-bagian tubuh yang seharusnya disamarkan, ini malah dijadiin tontonan gratisan. Bukan cuma menyalahi aturan berhijab, tapi juga mengaburkan arti jilbab yang sebenarnya.
Walaupun istilah jilb**bs atau jilbabe dipake dengan nada ‘menyindir’, tapi hal itu adalah salah jika memadukan istilah syar’i dengan istilah asing yang berkonotasi negatif. Kata b**bs atau babe, punya artian yang negatif di masyarakat. Sedangkan jilbab itu sendiri bersal dari Bahasa Arab yang jamaknya jalaabiib yang berarti pakaian yang lapang dan luas. Di Al-Qur’an sendiri udah jelas Allah SWT berfiman dalam QS. Al-Ahzab ayat 59 yang artinya :
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak- anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Jadi jelas kan, kalo jilbab itu sejenis baju kurung yang menjulur ke seluruh tubuh. Selain memenuhi syarat pakan yang syar’i, jilbab juga bisa melindungi aurat perempuan. Ayat ini perintah Allah loh, maka hukumnya wajib bagi setiap muslim menyempurnakan pakaiannya sesuai sama yang diperintahkan dan dicontohkan. Jilbab sendiri, baru pakaiannya aja. Penutup kepala yaitu khimar, yang perintahnya tertera dalam QS. An-Nur ayat 31, atau yang bisa kita sebut kerudung juga punya syarat tertentu.
Khimar atau kerudung adalah apa yang dapat menutupi kepala, leher dan dada tanpa menutupi muka (Al-Baghdadiy, 1991)
Dari sini kita bisa ngerti apa itu jilbab dan tahu alasan kenapa kita gak boleh mencampur-baurkan istilah jilbab dengan istilah-istilah asing yang berkonotasi negatif. Menyebutkan jilbab kemudian digandengkan dengan kata kotor, untuk membelokkan maksudnya kepada maksud lain yang buruk justru merendahkan syara itu sendiri. Bahkan bisa jadi merupakan pelecehan terhadap syariah Islam.
Walau bisa jadi istilah jilb**bs dipakai untuk mengingatkan/mendakwahi sesama muslim yang belum mengerti dan menerima betul perintah Allah tentang menutup aurat, tapi bukan berarti memplesetkan istilah Syara’ dong. Alih-alih mengharapkan pahala bisa jadi malah dapet dosa. Berdakwah itu bukan cuma bermodal semangat dan motivasi yang tinggi, tapi juga paham ilmunya secara luas dan mendalam.
Menampikan istilah jilb**bs bukan berarti mengadu domba kaum muslim dan menyudutkan mereka yang ‘masih belajar’ berhijab. Tapi justru ngasih pencerahan plus pemahaman yang benar tentang gimana hijab yang syar’i itu. Memilih Islam sebagai agama, berarti harus siang dong sama konsekuensi yang ada, termasuk menerima dan menjalankan aturan Allah SWT, tanpa tapi, tanpa nanti.