Rabu, 05 November 2014

Rokok Itu Cowok Banget?


Rokok, benda satu ini masih jadi perdebatan sengit, ciee… perdebatan sengit, kayak acara teve aja. Ya, diantara cowok sendiri maupun antara cowok dan cewek, perbincangan tentang rokok masih panas aja dibicarakan. Bahkan beberapa cewek atau mungkin lebih spesifiknya akhwat, mensyaratkan kalo calon suaminya kelak, bukan perokok. Heum…
Rokok itu cowok banget?
Kayaknya kalo ada larangan merokok, maka yang paling kegirangan adalah kaum cewek. Sebab faktanya memang rokok itu lebih disukai oleh cowok. Mungkin juga ada yang pernah bersoloroh, kalo cowok nggak merokok itu banci. Eh, bener nggak kalo ada yang bilang gitu? Tentu aja nggak bener dong, karena faktanya sekarang nggak sedikit cewek yang juga merokok.
Merokok atau nggak itu nggak ada kaitannya dengan gender. Karena merokok itu perbuatan yang siapapun bisa melakukannya, entah itu cowok atau cewek. Kalo kemudian ada cowok nggak merokok dikatain banci, maka ya perlu dikoreksi lagi, karena bisa jadi yang asli banci alias waria juga merokok. Nah loe?!
Dan kalo banci itu sendiri diidentikkan dengan sikap tengah-tengah antara cowok-cewek, itupun kalo dikaitkan dengan rokok, maka juga sudah bisa terbantahkan. Karena nggak setiap perokok itu cowok jantan, pemberani. Sebaliknya, cowok yang nggak merokok bisa jadi lebih jantan dan pemberani. So, rokok itu cowok banget? Itu mitos palsu.
Untung’-rugi merokok
Loh emang merokok ada untungnya ya? Siapa bilang nggak ada. Kalo nggak ada untungnya, nggak mungkin rokok dipertahankan sampe sekarang, baik oleh perokoknya, pabriknya atau bahkan oleh pemerintah. Saya kebetulan iseng nanya ke salah seorang teman, “kenapa sih merokok?”, teman saya tersebut menjawab “iya, iseng aja ngikutin ‘tradisi’ yang udah ada, kalo rokok identik dengan cowok”. Ada juga teman lain yang menjawab begini “kasihan pabrik rokok yang udah bikin rokok, kalo nggak ada yang beli atau merokok”. Kira-kira begitu alasan mereka.
Maka kira-kira kalo ditimbang-timbang antar untung dan rugi, maka lebih banyak untung yang didapatkan dari adanya rokok, khususnya bagi perokok. Nah, karena negeri ini diatur dengan kapitalisme, dimana penguasa modal nomor satu, maka ya pastinya, rokok tetap akan dipertahankan. Dan itu kebukti, lihat aja di bungkus rokok, hanya ada tulisan himbauan “Merokok merugikan kesehatan…..”
Trus soal kerugian rokok gimana? Yah, kalo kerugian rokok sih juga sudah banyak artikel yang ngejelasin tentang bahaya merokok, terutama zat-zat yang terkandung dalam rokok. Bahkan di beberapa daerah, para kepala daerah membuat Peraturan Daerah tentang KTR (kawasan tanpa rokok), tapi apakah itu membuat para perokok jera? Fakta bisa ngejawab bahwa peraturan itu hanya membuat wadah bagi perokok untuk tetap bisa melampiaskan ‘nafsu’ merokoknya.
Apa alasanmu merokok?
Sigmund Frued, pakar psikoanalisis Barat ini pernah bilang “merokok adalah salah satu kesenangan yang paling hebat dan paling murah dalam hidup” . Pernyataan freud ini perlu dikoreksi, karena faktanya semakin kesini, harga rokok bukan semakin murah. Tapi itu pun nggak membuat para perokok jera untuk menikmati rokok. Dan kalo bener merokok itu salah satu bentuk kesenangan, maka bisa dipastikan bahwa para perokok itu merokok just for fun.
Apalagi kalo kita mau jujur, apa sih yang didapatkan dari rokok? Rokok itu nggak bisa dikategorikan makanan, karena memang faktanya nggak mengenyangkan. Dia hanya berisi asap yang dihirup lalu dikeluarkan lewat hidung atau mulut, hanya itu aja. Kalo pun ada yang membuat puas perokok ketika menikmati rokok adalah rasa gengsi, keren, gentle, mungkin itu aja alasan yang tersisa.
Maka pertimbangkan dengan baik, apa alasan kita bertahan menjadi perokok? Jika itu sebuah perbuatan, maka para ulama juga sudah banyak mengkategorisasikan hukum rokok dalam Islam. Ada ulama yang menghukumi mubah ada juga yang makruh, bahkan ada yang mengatakan haram.
Tidak perlu bicara lagi untung-rugi dari merokok, sebagai muslim pertimbangan kita adalah hukum atau syariat. Jika sudah ada yang menghukumi haram, atau makruh, maka segera saja tinggalkan. Kalo pun merokok itu bersatus sebagai sebuah perbuatan mubah, maka merokok adalah perbuatan yang sia-sia. Dan kalo itu perbuatan yang sia-sia, perhatikan sabda Nabi saw. “Di antara ciri kebaikan seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.”(HR. Tirmidzi)
Tapi ingat ya, kalo pun kita meninggalkan rokok bukan karena ada untungnya, biar disukai cewek, itu salah besar. Bagi kaum cowok ninggalin merokok bukan karena cewek, bisa batil niatnya. Tapi meninggalkan atau tidak merokok, bener-bener karena Allah. Kalo masih aja ada yang ngeyel, sambil bilang “mana bisa ninggalin rokok”. Maka dengan berani bin tegas, kita katakana bahwa ini hanya soal pilihan saja. Mau atau tidak, bukan bisa atu tidak. Catet itu!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar