Rokok, benda satu ini masih jadi perdebatan sengit, ciee… perdebatan sengit, kayak acara teve aja. Ya, diantara cowok sendiri maupun antara cowok dan cewek, perbincangan tentang rokok masih panas aja dibicarakan. Bahkan beberapa cewek atau mungkin lebih spesifiknya akhwat, mensyaratkan kalo calon suaminya kelak, bukan perokok. Heum…
Rokok itu cowok banget?
Kayaknya kalo ada larangan merokok, maka
yang paling kegirangan adalah kaum cewek. Sebab faktanya memang rokok
itu lebih disukai oleh cowok. Mungkin juga ada yang pernah bersoloroh,
kalo cowok nggak merokok itu banci. Eh, bener nggak kalo ada yang bilang
gitu? Tentu aja nggak bener dong, karena faktanya sekarang nggak
sedikit cewek yang juga merokok.
Merokok atau nggak itu nggak ada
kaitannya dengan gender. Karena merokok itu perbuatan yang siapapun bisa
melakukannya, entah itu cowok atau cewek. Kalo kemudian ada cowok nggak
merokok dikatain banci, maka ya perlu dikoreksi lagi, karena bisa jadi
yang asli banci alias waria juga merokok. Nah loe?!
Dan kalo banci itu sendiri diidentikkan
dengan sikap tengah-tengah antara cowok-cewek, itupun kalo dikaitkan
dengan rokok, maka juga sudah bisa terbantahkan. Karena nggak setiap
perokok itu cowok jantan, pemberani. Sebaliknya, cowok yang nggak
merokok bisa jadi lebih jantan dan pemberani. So, rokok itu cowok
banget? Itu mitos palsu.
‘Untung’-rugi merokok
Loh emang merokok ada untungnya ya?
Siapa bilang nggak ada. Kalo nggak ada untungnya, nggak mungkin rokok
dipertahankan sampe sekarang, baik oleh perokoknya, pabriknya atau
bahkan oleh pemerintah. Saya kebetulan iseng nanya ke salah seorang
teman, “kenapa sih merokok?”, teman saya tersebut menjawab “iya, iseng
aja ngikutin ‘tradisi’ yang udah ada, kalo rokok identik dengan cowok”.
Ada juga teman lain yang menjawab begini “kasihan pabrik rokok yang udah
bikin rokok, kalo nggak ada yang beli atau merokok”. Kira-kira begitu
alasan mereka.
Maka kira-kira kalo ditimbang-timbang
antar untung dan rugi, maka lebih banyak untung yang didapatkan dari
adanya rokok, khususnya bagi perokok. Nah, karena negeri ini diatur
dengan kapitalisme, dimana penguasa modal nomor satu, maka ya pastinya,
rokok tetap akan dipertahankan. Dan itu kebukti, lihat aja di bungkus
rokok, hanya ada tulisan himbauan “Merokok merugikan kesehatan…..”
Trus soal kerugian rokok gimana? Yah,
kalo kerugian rokok sih juga sudah banyak artikel yang ngejelasin
tentang bahaya merokok, terutama zat-zat yang terkandung dalam rokok.
Bahkan di beberapa daerah, para kepala daerah membuat Peraturan Daerah
tentang KTR (kawasan tanpa rokok), tapi apakah itu membuat para perokok
jera? Fakta bisa ngejawab bahwa peraturan itu hanya membuat wadah bagi
perokok untuk tetap bisa melampiaskan ‘nafsu’ merokoknya.
Apa alasanmu merokok?
Sigmund Frued, pakar psikoanalisis Barat
ini pernah bilang “merokok adalah salah satu kesenangan yang paling
hebat dan paling murah dalam hidup” . Pernyataan freud ini perlu
dikoreksi, karena faktanya semakin kesini, harga rokok bukan semakin
murah. Tapi itu pun nggak membuat para perokok jera untuk menikmati
rokok. Dan kalo bener merokok itu salah satu bentuk kesenangan, maka
bisa dipastikan bahwa para perokok itu merokok just for fun.
Apalagi kalo kita mau jujur, apa sih
yang didapatkan dari rokok? Rokok itu nggak bisa dikategorikan makanan,
karena memang faktanya nggak mengenyangkan. Dia hanya berisi asap yang
dihirup lalu dikeluarkan lewat hidung atau mulut, hanya itu aja. Kalo
pun ada yang membuat puas perokok ketika menikmati rokok adalah rasa
gengsi, keren, gentle, mungkin itu aja alasan yang tersisa.
Maka pertimbangkan dengan baik, apa
alasan kita bertahan menjadi perokok? Jika itu sebuah perbuatan, maka
para ulama juga sudah banyak mengkategorisasikan hukum rokok dalam
Islam. Ada ulama yang menghukumi mubah ada juga yang makruh, bahkan ada
yang mengatakan haram.
Tidak perlu bicara lagi untung-rugi dari
merokok, sebagai muslim pertimbangan kita adalah hukum atau syariat.
Jika sudah ada yang menghukumi haram, atau makruh, maka segera saja
tinggalkan. Kalo pun merokok itu bersatus sebagai sebuah perbuatan
mubah, maka merokok adalah perbuatan yang sia-sia. Dan kalo itu
perbuatan yang sia-sia, perhatikan sabda Nabi saw. “Di antara ciri
kebaikan seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat
baginya.”(HR. Tirmidzi)
Tapi ingat ya, kalo pun kita
meninggalkan rokok bukan karena ada untungnya, biar disukai cewek, itu
salah besar. Bagi kaum cowok ninggalin merokok bukan karena cewek, bisa
batil niatnya. Tapi meninggalkan atau tidak merokok, bener-bener karena
Allah. Kalo masih aja ada yang ngeyel, sambil bilang “mana bisa
ninggalin rokok”. Maka dengan berani bin tegas, kita katakana bahwa ini
hanya soal pilihan saja. Mau atau tidak, bukan bisa atu tidak. Catet
itu!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar