Sabtu, 15 November 2014

Peran Strategis Pemuda di Era Kapitalisme Global

Sampai kapanpun pemuda selalu istimewa dimata dunia. Ia sosok yang segar dan bersemangat. Ia aset sebuah bangsa yang sangat berharga. Beruntung Indonesia memiliki cukup banyak pemuda. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa satu dari empat orang penduduk Indonesia merupakan kaum muda berusia 10-24 tahun. (Kompas.com, 8 Agustus 2012).
Potensi pemuda menurut Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon dalam forum 45th session of the Commission on Population and Development UN pada April 2012 lalu adalah bahwa pemuda lebih dari sekedar kekuatan demografi. Pemuda memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan. Besarnya persentase usia muda sesungguhnya akan menjadi kekuatan sumber daya manusia (SDM) yang sanggup mengantarkan suatu negara menjadi kuat dan memimpin dunia.
Pemberdayaan Pemuda Dan Kapitalisme Global
Di lain pihak, kondisi dunia sedang krisis akibat kebangkrutan kapitalisme global yang tidak perlu diperdebatkan lagi. Resesi global yang mengindikasikan lumpuhnya sektor non riil ekonomi Kapitalistik, memaksa Barat untuk menguatkan ekonomi riilnya melalui perdagangan bebas. Untuk itu Barat butuh pasar bagi produk-produk mereka, dan Asia (China, India dan Indonesia) adalah pasar yang menggiurkan karena pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
Disinilah korelasinya. Pemetaan pemberdayaaan pemuda diaruskan secara global yaitu Youth Participation in Ending Crisis, dalam berbagai forum arahan PBB. Artinya, potensi pemuda dilirik dalam rangka membantu memulihkan kondisi ekonomi negara-negara Barat terutama Amerika.
Alhasil, pemerintah melakukan pengembangan wirausaha, melalui ekonomi kreatif. Hal ini diwujudkan dengan legalisasi hukum yaitu Undang-Undang (UU) kepemudaan. Dalam berbagai kesempatan pemerintah menegaskan bahwa pemuda adalah aktor yang harus berperan aktif dalam percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah terus mendorong dan memfasilitasi akademisi agar menjadikan kampus sebagai pusat keunggulan kewirausahaan dengan beragam jenis pelatihan kewirausahaan. Yang demikian sejalan dengan agenda besar pembangunan ekonomi yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Perluasan dan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Sekilas situasi tersebut tampak baik. Pengembangan sektor wirausaha dapat menambah jumlah tenaga kerja. Yang kemudian akan mengurangi angka pengangguran. Untuk tahun 2013, diperkirakan terdapat penambahan tak kurang dari 100 ribu tenaga kerja baru dari sektor ekonomi kreatif ini. Dengan begitu daya beli masyarakat juga akan meningkat. Hal tersebut diduga kuat menyasar produk-produk impor dari Barat dan akan mampu memulihkan keadaan ekonomi dunia.
Namun jika diamati lebih teliti, hal ini sebenarnya berbahaya. Peran aktif pemuda yang ditopang dengan sistem pendidikan pro pasar, melalui perluasan memperoleh peluang kerja sesuai keahlian yang dimiliki pemuda pada UU kepemudaan Pasal 8 ayat 1 (c)),hanya akan melahirkan pemuda yang berpandangan bahwa pemberdayaan potensi pemuda datang melalui pekerjaan. Pemuda tidak akan menyadari perannya dalam pasar tenaga kerja sebagai mesin produksi ekonomi riil hanya di skala mikro – menengah, namun barat tetap memonopoli akses Sumber Daya Alam (SDA). Pemuda tidak bisa melihat keterkaitan antara penguasaan SDA oleh swasta asing maupun lokal dengan buruknya kondisi ekonomi mereka.
Dengan kata lain proyek tersebut dapat melahirkan pemuda-pemuda ‘cuek’ dan ‘enjoy’ terhadap kerusakan yang terjadi di lingkungan sekitarnya selama tidak bersinggungan dengan kepentingan dan kebutuhan dirinya. Transparency International Indonesia (TII) mengadakan survei “”Youth Integrity Survey”” untuk mengetahui tingkat kepedulian anak muda terhadap praktik korupsi. 60% pemuda Ibu Kota ‘cuek’ pada korupsi, 40% anak muda beralasan kasus itu bukan urusannya.
Hasil penelitian lima tahun terakhir menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia cenderung menurun. Penurunan ini disinyalir karena salah kelola dalam penyelenggaraan pendidikan nasional oleh pemerintah. Salah kelola tersebut dikarenakan pemerintah cenderung membuat regulasi maupun kebijakan-kebijakan pendidikan yang berorientasi pada proyek. Demikian kajian yang dilakukan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) seperti dikemukakan Sekjen FSGI Retno Listyarti pada refleksi akhir tahun tentang kebijakan pendidikan nasional di kantor ICW, Jakarta, Jumat (28/12)
Dengan mengkambing hitamkan kepentingan nasional, penguasa negeri ini telah mengamputasi peran strategis pemuda sebatas pemenuhan pasar tenaga kerja yang menguntungkan para kapital. Kebijakan pemberdayaan pemuda hanya menempatkan pemuda yang merupakan generasi masa depan negeri ini terjebak dalam arus pasar tenaga kerja dan mesin penyelamat krisis global.
Apa Yang Harus Dilakukan
Permasalahan negeri kita sungguh komplit. Angka kemiskinan terus meningkat. Ini bukan disebabkan kemalasan bekerja namun kemiskinan akibat penerapan ekonomi kapitalis. Ekonomi kapitalis menyebabkan penguasaan terhadap 90% sumber daya alam kita oleh perusahaan swasta asing. Juga menjadi penyebab harga-harga kebutuhan pokok mahal. Sistem kapitalis menjadi penyebab pendidikan yang notabene hak rakyat berbiaya mahal. Belum lagi masalah korupsi yang kian menggurita, masalah kriminalitas yang semakin hari semakin mengerikan serta permasalahan lainnya.
Oleh karena itu pemuda tidak boleh diam. Mereka harus bangkit dan berjuang. Pemuda harus berperan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi bangsa. Mereka harus meningkatkan kepedulian untuk mengkaji secara kritis setiap permasalahan yang ada serta mencari solusi konkrit untuk menyelesaikannya.
Penduduk Indonesia yang mayoritas adalah muslim pasti memahami bahwa hidup adalah amanah dari Allah SWT. Termasuk pemerintah, kebijakan pemberdayaan pemuda sesungguhnya akan dipertanggunjawabkan kepada ALLAH SWT. Maka dalam mencari solusi bangsa hendaknya tidak menyalahi aturan-aturan Allah SWT. Mari optimalkan potensi pemuda mewujudkan Indonesia dan dunia lebih baik. Wallahu a’lam bishawab.
Oleh: Eva Arlini, SE
(Manajer Bimbingan Belajar dan Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia)
Email: Arlini.Rizki@gmail.com HP: 085760650435

Tidak ada komentar:

Posting Komentar