Ada apa ya dengan Februari? Februari
adalah bulan kedua dari kalender Masehi, ya… semua pasti udah pada tahu.
Namun ada satu tanggal di bulan ini yang seakan-akan menjadi ‘hari
raya’ yang dinantikan oleh remaja (pada khususnya). Dimana tanggal 14,
warna pink dan sebatang coklat adalah kata kuncinya… benar sekali,
itulah Valentine’s Day (V-Day).
Tapi tahukah kamu, bagaimana sejarah V-Day ini? Mengapa pula harus dirayakan pada tanggal 14 Februari? Let’s Cekidot…
Banyak versi yang menjelaskan tentang
sejarah V-Day, salah satunya menjelaskan bahwa peristiwa ini dimulai
ketika Bangsa Romawi kuno memperingati Perayaan Lupercalia pada tanggal
15 Februari. Perayaan ini berlangsung selama beberapa hari, dua hari
pertama dipersembahkan untuk Dewi Cinta Juno Februata. Para pemuda
mengundi nama-nama gadis dalam kotak, lalu setiap pemuda mengambil nama
secara acak. Nama yang terpilih harus menjadi pasangannya untuk
bersenang-senang selama setahun.
Sedangkan pada tanggal 15-nya digunakan
untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama
upacara ini pula para wanita berebut meminta dilecut tubuhnya dengan
kulit binatang dengan anggapan hal itu membuat mereka menjadi subur.
Ketika agama kristen Katolik menjadi
agama negara di Roma, penguasa Romawi dan pemuka agama mengadopsi
perayaan itu dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Pada tahun 496
Masehi, Paus Gelasius I menjadikan perayaan tersebut menjadi Hari
Perayaan Gereja dengan nama Valentine’s Day untuk menghormati St.
Valentine yang kebetulan meninggal pada 14 Februari (The World
Encyclopedia, 1998).
Namun sebenarnya, kisah perjuangan St.
Valentine sebagai tokoh yang diabadikan itu sendiri ada beberapa versi.
Karena ada tiga nama Valentine yang meninggal pada tanggal 14 Februari.
Versi pertama menceritakan bahwa Kaisar
Claudius II memerintahkan penangkapan terhadap St. Valentine karena
menyatakan Tuhannya adalah Isa dan menolak menyembah dewa-dewa Romawi.
Lalu orang-orang yang mendambakan do’a St. Valentine menulis surat dan
menaruhnya di terali besinya.
Menurut versi kedua, kaisar Claudius II
menganggap bahwa tentara muda yang masih bujangan lebih kuat dan tabah
di medan peperangan dibanding tentara yang sudah menikah. Sehingga Ia
melarang para pemuda untuk menikah, namun St. Valentine melanggar
larangan tesebut dengan menikahkan banyak pasangan muda secara
diam-diam. Hal ini mengakibatkan Ia ditangkap dan dihukum gantung pada
tahun 269 M (the World Book Encyclopedia, 1998).
Versi lainnya menyatakan bahwa Santo
Valentinus adalah seorang martir (mati sebagai pahlawan karena
memperjuangkan kepercayaan). Pada sore hari menjelang gugurnya, ia
menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang dititipkannya pada sipir
penjara dan tertulis ‘dari valentinusmu’.
Kesimpulan
Keseluruhan kisah di atas mempunyai satu
benang merah, bahwa Valentine Day berasal dari budaya paganisme yang
sangat kental sekali dengan aktivitas ritual penyembahan berhala.
Kemudian terjadi kompromi dengan agama Kristen Katolik sehingga akhirnya
perayaan ini diadopsi sebagai perayaan gereja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar